Dieng Plateau – Wonosobo

Long Long Weekend sudah terancang jauh-jauh bulan dengan para travelmate untuk pergi ke Semeru memperingati Jambore, tapi setelah dipikir – pikir karena kita tak ingin terjerumus lautan manusia pada saat itu akhirnya kita membatalkannya, dan akhirnya kita berencana ke Dataran Tinggi Dieng. berangkat dari Surabaya pukul 14.00 dengan kereta ekonomi Gaya Baru Malam yang sudah saya beli 10 hari sebelum berangkat,  tiba di Jogjakarta pukul 19.45 dengan harga 33.500, dan saya bermalam di salah satu teman yang kuliah di Pasca UGM, tapi jika kalian ingin langsung ke Dieng bisa langsung naik Bis tujuan wonosobo, atau naik kereta tujuan Banjarnegara kemudian naik bis mini ke Wonosobo,  saya mendapat kabar ternyata hanya saya dan Ali Mashuri saja, pukul 06.00 kita prepare untuk berangkat dan tepat pukul 07.00 kita melaju perlahan meninggalkan Jogja dengan motor, Sleman Sembada menyapa kami dengan suguhan nasi kucing dan teh hangat yang mengisi kekosongan perut kami untuk sarapan untuk bekal perjalanan kami. Pukul 08.00 kami melanjutkan perjalanan kami melewati Magelang ke arah Candi Borobudur kami mencari jalan Alternatif yang pertama yaitu dari Jogja =>> Sleman =>> Magelang =>> Muntilan =>> Salaman =>> Slentho =>> Sapuran =>> Pasar Kertek =>> Winong Sari =>> Kaliwiro =>> Wonosobo =>> Dieng. tepat Pukul 10.00 sampai di Kota Wonosobo, motor terus melaju sampai memasuki kawasan Gapura sebelum memasuki desa Tieng dan Dieng

Gapura Pertama

Dikenakan biaya Rp. 2.000 per-orang dan itupun masih kurang lebih 12 km dari gapura ini menuju Dataran Dieng, dan akhirnyaaaaaaaa, Dieng Here I’m  (funkydance)

Gapura Dieng

Di Samping kanan kiri jalan

Memasuki Lokasi Hawa dinginnya sudah amat sangat terasa, sekitar 5 km dari sini lokasi wisata Dieng berjejer, dan membeli tiket terusan untuk mengunjungi 4 lokasi wisata

Tiket Terusan

Tepat pukul 11.00 dengan total perjalanan 3,5 jam dari Jogja dengan motor dan dengan catatan tidak berhenti untuk makan atau istirahat, karena waktu hari jumat, travelmate saya menunaikan Sunnah dulu di Masjid yang paling besar di Area Wisata Dieng, selepas istirahat dan duduk melihat lalu lalang para traveler yang menghabiskan long weekend di sini, sedikit macet di area homestay dan rata-rata sudah full booked, makan siang tiba dan kurang pas rasanya jika tanpa kuliner makanan khas daerah tersebut, yups Mie Ongklok  (hungry) , begini percakapan saya waktu memesan makanan di salah satu warung makan (scenic)  :

Saya : kamu pesen mie ongklok kah?

travelmate : iya, mie ongklok ya, bukan sate, udah bosen (karena di menu pilihan ada nama SATE)

Saya : Bu, Mie Ongkloknya 2

Ibunya : Paka sate daging atau sate ayam?

Saya : Hah? sate ? (menjerit dalam hati Lebay )

Ibunya : (menoleh dan sepertinya paham isi hati saya) Mie nya itu memang pake sate mbak

Saya : oohhh (sambil nanyain travelmate) eh, pake sate apa?

Travelmate : Hah? 

Saya : sudah, saya tau kegalauanmu akan sate, tapi terpaksa ini adalah mie nya lagi soulmate-tan sama sate, mau nggak?

Travelmate : (mengangguk tak berdaya)

dan Taraaaaa, This is it, Mie Ongklok sate ayam dan ternyata lezat loh  (mmm)

Mie Ongklok Wonosobo

Lanjut dengan mencari homestay yang tidurnya berbagi dengan orang lain jejeran kayak pindang-pun sudah penuh, dan dengan hopeless kita menemukan homestay yang bagus, dan lumayan mahal, kami menyewa 2 kamar dan per-kamar dengan harga 200.000, dengan fasilitas kamar mandi dengan air panas, lumayaannn  (evil_grin) , yups backpacker gak harus selamanya kere hore  (ninja)

destinasi pertama yaitu:

1. Telaga Warna, sedikit referensi dari wikipedia   sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung, Telaga Pengilon, yang letaknya bersebelahan persis dengan Telaga Warna, uniknya warna air di telaga ini bening seperti tidak tercampur belerang. Keunikan lain adalah yang membatasi Telaga Warna dengan Telaga Pengilon hanyalah rerumputan yang terbentuk seperti rawa kecil. Telaga Merdada, adalah merupakan yang terbesar di antara teelaga yang ada di Dataran Tinggi Dieng. Airnya yang tidak pernah surut dijadikan sebagai pengairan untuk ladang pertanian. Bahkan Telaga ini juga digunakan para pemancing untuk menyalurkan hobi atau juga wisatawan yang sekedar berkeliling dengan perahu kecil yang disewakan oleh penduduk setempat.

Telaga warna yang mengering :(

2. Kawah Sikidang, kawah yang satu ini adalah yang paling banyak pengunjungnya, selain pemandangannya Indah, kawah ini masih aman untuk dikunjungi, tapi karena bau belerang yang masih menyengat, banyak para penduduk lokal yang berjualan masker, karena kita disarankan memakai masker disekitar lokasi ini jika tidak mau menghirup bau belerangnya  :D

Kawah Sikidang

Saya dan Sikidang :p

 

3. Komplek Candi , Pemandangan yang Indah menyelimuti perjalanan ke komplek candi, walaupun mendung kami tidak lelah untuk berputar-putar ke lokasi wisata tersebut, beberapa canti itu di ambil dari nama tokoh wayang yaitu, Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Dwarawati, dan Candi Bima

Candi Arjuna

ada beberapa yang menawarkan foto bersama gatotkaca loh, saya berfikir, tiap hari dengan pose yang sama, pakaian yang sama, dan kantor yang sama  (haha) (yah namanya juga cari rejeki)

wow, gatotkaca !

Komplek Candi Dieng

karena saat itu lagi hujan lebat, mau tidak mau kami semua meninggalkan komplek candi menuju warung untuk berteduh dan yang lainnya  (hungry) , tepat pukul 17.00 kami mengellilingi daerah wisata untuk jalan-jalan dan dinginnya mulai menusuk tulang rasanya, jaket tebal saya masih nyaman menempel dan enggan lepas saking dinginnya, kami beristirahat pukul 21.00 dengen menu penutup yaitu nasi goreng,  karena hawa dingin jadinya hasrat laparpun terpenuhi  (tongue) , tujuan utama kita yaitu Gunung Sikunir, Travelmate membangunkan saya pukul 03.00 dini hari dengan menelpon saya berkali-kali, malas rasanya tapi ya inilah tujuan utama kita, rasanya malas beranjak dari sleeping bag, dan selimut tebal, tepat di depan homestay tubuh saya menggigil, rasanya tak ada orang yang mungkin kesana, tapi setelah perjalanan, ada 2 bis dan 2 mobil di depan motor kami, 1 mobil tiba2 belok kiri, ke arah komplek candi sebelumnya, kami ragu, sempat berhenti, tapiiiiii ini terlalu horor, akhirnya kita mengikuti 2 bus dan 1 mobil di depan kita, dan taraaaaaa, banyak juga yang mau melihat indahnya sunrise di puncak gunung, mereka memilih turun dari bis dan jalan kaki karena jalan yang sulit dijangkau, tapi kita nekat meneruskan dengan motor kita dan senter seadanya  (gym) , sampai di parkiran hanya motor kami yang dengan PD nya parkir sendirian, lawan lainnya mobil dan bus mini, ada 1 guide dari hotel karena ada rombongan yang menyewa perjalanan satu paket, akhirnya kami mengikuti rombongan itu, 03.15, sarung tangan, kaos kaki, sendal gunung, senter, masker, okeh ready to go, setengan perjalan masing menggunakan senter, sebenarnya saya khawatir tidak kebagian sunrise yang indah itu, saya menyela beberapa rombongan yang sepertinya tidak pernah mendaki, jalannya laamaaaa  (okok) , travelmate saya juga menyela 3 rombongan di depan, dengan jalan sedikit berlari, come on, itu sudah mau muncul mataharinya, sedangkan kurang 1/4 perjalanan lagi, 1…. 2…. 3, okeeehhh puncaaakkk Pakuwojo (bukan sikunir) dengan ketinggian 2.400 mdpl, dan Oh God, saya kehilangan travelmate saya, saya tidak mau kejadian di semeru terulang  (lonely) , saya menunggu karena waktu itu saya tau dia bersama 1 anak lagi rombongan dari Jakarta, dan jauuhhh dibawah sana, dia berjalan menyusuri kerumunan orang untuk memastikan kalau saya sudah di puncak, ternyata di tersasar di perempatan, harusnya belok kanan, tapi mereka belok ke kiri, dan untung mereka sadar kalo nyasar, hehehhe

Golden Sunrise

Again, Golden Sunrise

Me and My Travelmate

So Beautiful

Setelah berfoto-foto ria, dan lupa laporan kepada yang di atas (sholat) kami memutuskan untuk turun lebih dari dari yang lain

Turun Gunung

Terasiring

Tepat pukul 06.00 kami sudah berada di lokasi dimana kami terakhir memarkir motor, dan ada yang heran kita dari ke Jogja ke Dieng naik motor (biasa aja tuh) gak pernah aja kali orangnya  (hassle)

dan ditutup dengan mejeng di pelataran Dieng Theater

Dieng Plateau Theater

Dieng Plateau Theater

Ada moment tertentu dimana Dieng sangat banyak pengunjung baik dari warna lokal, turis atau bahkan stasiun televisi beramai ramai meliput acara pemotongan rambut anak gembel/gimbal,  ada beberapa kepercayaan pada anak yang berambut gimbal dan harus dipotong untuk menghindari keapesan katanya, dan acara itu biasanya sekitar bulan Juli atau Agustus yang dimana suhu di lokasi Dieng mencapai puncak dinggin hingga minus derajat celcius, WOW  (worship)

 

 

Sampai jumpa di perjalanan mbolang berikutnya  (bye)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *